Posted by : Asep Muharam
Jumat, 09 Maret 2012
Gunung Krakatau pada lukisan abad 19 |
Krakatau adalah
kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara
pulau JawaSumatra. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung
berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya
sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Letusan itu sangat dahsyat;
awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000
jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang
terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar
sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika,
4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom
atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
dan
Letusan
Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama
dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari
bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di
langit Norwegia hingga New York.
Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih
kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di
Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska.
Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia
masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus,
populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah
berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah
dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi
informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau
adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah
laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di
bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.
Gunung Krakatau Purba
Melihat
kawasan Gunung Krakatau di Selat Sunda, para ahli memperkirakan bahwa
pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang
akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar)
yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung
Krakatau yang meletus pada 1883. Gunung ini disusun dari bebatuan
andesitik.
Catatan mengenai letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yang diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Isinya antara lain menyatakan:
“ | Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.... Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera | ” |
Pakar geologi Berend George Escher dan
beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang diceritakan
berasal dari Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks tersebut disebut
Gunung Batuwara. Menurut buku Pustaka Raja Parwa tersebut,
tinggi Krakatau Purba ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut,
dan lingkaran pantainya mencapai 11 kilometer.
Akibat ledakan yang hebat itu, tiga
perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar)
di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau
Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung, dalam catatan lain disebut
sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung. Letusan
gunung ini disinyalir bertanggung- jawab atas terjadinya abad kegelapan
di muka bumi. Penyakit sampar bubonic terjadi karena temperatur
mendingin. Sampar ini secara signifikan mengurangi jumlah penduduk di
muka bumi.
Letusan ini juga dianggap turut andil
atas berakhirnya masa kejayaan Persia purba, transmutasi Kerajaan
Romawi ke Kerajaan Byzantium, berakhirnya peradaban Arabia Selatan,
punahnya kota besar Maya, TikalNazca di Amerika Selatan yang penuh
teka-teki. Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10
hari dengan perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per
detik. Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150
meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun.
dan jatuhnya peradaban
Perkembangan Gunung Krakatau |
Pulau Rakata, yang merupakan
satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau Purba kemudian tumbuh sesuai
dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang dikenal sebagai
Gunung Krakatau (atau Gunung Rakata) yang terbuat dari batuan basaltik.
Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, bernama Gunung
Danan dan Gunung Perbuwatan yang kemudian menyatu dengan Gunung Rakata
yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang
disebut Gunung Krakatau.
Gunung Krakatau pernah meletus pada
tahun 1680 menghasilkan lava andesitik asam. Lalu pada tahun 1880,
Gunung Perbuwatan aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus.
Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga
20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan
kecil pada Gunung Krakatau. Itulah tanda-tanda awal bakal terjadinya
letusan dahsyat di Selat Sunda. Ledakan kecil ini kemudian disusul
dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-27 Agustus
1883.
Erupsi 1883
Sebuah Litografi yang dibuat tahun 1888 |
Pada hari Senin, 27 Agustus
1883, tepat jam 10.20, meledaklah gunung itu. Menurut Simon Winchester,
ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geographic
mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling
keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah
manusia modern. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat
letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.
Menurut para peneliti di University of
North Dakota, ledakan Krakatau bersama ledakan Tambora (1815)
mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam
sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Anak Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.
Ledakan
Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan
volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencavai 80 km.
Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau
Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia
dan Selandia Baru.
Krakatau vulcano |
Letusan itu menghancurkan
Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata dimana
setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam
250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan
desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul
bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.
Tercatat jumlah korban yang tewas
mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai
dari Merak (Serang) hingga CilamayaKarawang, pantai barat Banten hingga
Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon) serta Sumatera Bagian
selatan. Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat.
Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan
Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang
ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat
Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer. di
Anak Krakatau
Anak Krakatau,2 tahun sejak awal terbentuknya |
Mulai pada tahun 1927 atau
kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung
api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba
tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan
pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan. Setiap tahun ia menjadi
lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih lebar 40 kaki. Catatan lain
menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung,
maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak Rakata mencapai 7.500
inci atau 500 kaki lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya. Penyebab
tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut
gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230
meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya
memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.
Menurut Simon Winchester, sekalipun apa
yang terjadi dalam kehidupan Krakatau yang dulu sangat menakutkan,
realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan Sumatera
yang aneh akan memastikan bahwa apa yang dulu terjadi pada suatu ketika
akan terjadi kembali. Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan
meletus. Beberapa ahli geologi memprediksi letusan ini akan terjadi
antara 2015-2083. Namun pengaruh dari gempa di dasar Samudera Hindia
pada 26 Desember 2004 juga tidak bisa diabaikan.
Menurut Profesor Ueda
Nakayama salah seorang ahli gunung api berkebangsaan Jepang, Anak
Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil,
hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini
karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini. Para pakar
lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau
yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau
sesudah 2325 M. Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih
dahsyat dari letusan sebelumnya. Anak Krakatau saat ini secara umum
oleh masyarakat lebih dikenal dengan sebutan "Gunung Krakatau" juga,
meskipun sesungguhnya adalah gunung baru yang tumbuh pasca letusan
sebelumnya.