Posted by : Asep Muharam
Selasa, 21 Februari 2012
Ada
satu artikel yang cukup mengejutkan dari Dean Henderson, mengungkap
fakta bahwa Hongkong Shanghai Bank Corporation (HSBC) sejak awal
berdirinya telah dijadikan sebagai tempat penyimpanan (gudang) sekaligus
tempat pencucian uang hasil penjualan candu (opium), harta kekayaan
yang diperoleh Inggris semasa Perang Candu dengan Cina.
Tentu
saja artikel yang dikutip dari buku Dean Henderson, bab kedua bertajuk
Big Oil and Their bankers tersebut, sangat mengejutkan.
Betapa
tidak. Menurut catatan dari Global Finance, HSBC Holding yang bermarkas
di London itu, saat ini menduduki peringkat ketiga sebagai bank
terbesar di seluruh dunia dengan total asset sebesar 2,36 triliun dolar
Amerika. Yang lebih mengagetkan lagi, Dean Henderson mencatat bahwa
semasa Perang Vietnam yang mencapai puncaknya pada sektitar 1975-an
tersebut, HSBC ternyata pernah melakukan pencucian uang hasil penjualan
bisnis candu yang dilakukan oleh badan intelijen Amerika Serikat Central
Intelligence Agency (CIA).
Rejim
militer Vietnam Selatan yang sejatinya merupakan kreasi agen CIA
bernama Kolonel Edward Lansdale, telah menginstruksikan para jenderal di
jajaran angkatan bersenjata Vietnam Selatan untuk memasok ganja kepada
sindikat-sindikat Cina yang tergabung dalam TRIAD, yang kemudian
mengedarkannya di Hongkong yang waktu itu masih menjadi daerah
protektorat Inggris.
Para
jenderal militer Vietnam Selatan juga menggunakan sindikat mafia TRIAD
ala Vietnam sebagai gembong mafia pengedar narkoba yang dikenal sebagai
Santos Trafficante. Kalangan militer di Thailand juga melakukan modus operandi yang sama dalam bisnis candu ini. Mereka mengirim pasokan obat bius tersebut ke Hongkong.
Dari jalinan kisah yang dirajut oleh Dean Henderson tersebut, sampailah pada peran yang dimainkan oleh Deak and Company, yang dikenal waktu itu sebagai penyalur utama dalam urusan jual-beli emas(Gold Dealer) di Hongkong. Nah dalam urusan perdagangan obat bius dan ganja yang dimotori oleh CIA di kawasan Asia-Pacific ini, Deak and Company praktis merupakan mata-rantai kunci dari perdagangan ini.
Deak
and Company didirikan oleh Nicholas Deak, yang ternyata menurut
beberapa sumber, merupakan agen lapangan dari Office of Strategic
Service (OSS) yang pada perkembangannya merupakan organ cikal bakal
berdirinya CIA pada 1947. Karena itu tak heran jika pada perkembangannya
kemudian Deak and Company berkembang menjadi pebisnis besar dalam
bidang keuangan dan tambang emas sejak berakhirnya Perang Dunia II.
Rupanya
Nicholas Deak ini pula yang sejak awal membiayai petualangan CIA dalam
Perang Vietnam sejak 1960-an, Operasi rahasia penggulingan Perdana
Menteri Iran berhaluan nasionalis kerakyatan Mohammad Mossadeq pada
1953, dan pembunuhan keji terhadap Patrice Lumumba, Perdana Menteri
berhaluan nasionalis dari Kongo.
Untuk
mendukung operasi-operasi rahasianya, Deak berhasil menggunakan dana
simpanan nasabah bank di Swiss, Foreign Commercial of Zurich, maupun
kemampuan Deak untuk merayu para elit politik dan bisnis dunia ketiga
untuk melarikan dan mengalihkan asset-aset kekayaannya ke luar negeri.
Terutama asset-aset kekayaan para elite hasil penjualan obat bius dan
candu dari Argentina.
Sejarah
keterlibatan para elit politik dan bisnis Inggris dalam perdagangan dan
penyelundupan Candu, bermula pada 1783, ketika Lord Shelbourne
menghalalkan Perdagangan Candu dengan melibatkan para pedagan Skotlandia
dari East India Company(Kongsi Dagang Inggris) dan para anggota The
House of Windsor allied Knights of St . John Jerusalem.
Yang
lebih mengejutkan lagi, dalam skema perdagangan candu berskala global
ini, Inggris melibatkan Adam Smith, yang sekarang kita kenal sebagai
bapak Kapitalisme Dunia bernama Adam Smith. Adam Smith, dalam buku
Henderson ini disebut merupakan juru propaganda utama dari Lord
Shelbourne dan East India Company. Dan pada 1776, Adam Smith menerbitkan
bukunya Wealth of Nations, yang kelak merupakan buku suci(buku babon)
bagi para pendukung Kapitalisme Global.
Adapun
East India company tersebut sejak semula menjalin kerjasama dengan para
anggota dua organisasi rahasia(secret society) the Muslim Assassins dan
The Christian Knights Templar, dalam urusan perdagangan global obat
bius tersebut.
Anehnya
lagi, TRIAD itu sendiri dibentuk atas gagasan Inggris untuk kegiatan
perdagangan Candu di kawasan Asia Pacific, seperti Society of Heaven and
Earth.
Pada
1836, seorang pedagang Candu yang bermarkas di Canton, mendesak
pemerintahan Inggris untuk melancarkan perang Candu menyusul adanya
penyitaan terhadap simpanan Candu mereka. Perang Candu kedua juga
dilancarkan Inggris terhadap Cina pada 1858-1860.
Praktis
sejak abad 19, untuk urusan perdagangan Candu itu, dikuasai oleh
beberbapa klan keluarga seperti Matheson, Keswick, Swire, Dent,
Inchcape, Baring dan Rothschild.
Perdagangan
Candu di Amerika juga melibatkan beberapa klan keluarga di Amerika
seperti Perkins, Astor dan Forbes, yang telah meraup keuntungan jutaan
dolar Amerika dari perdagan Candu tersebut. Bahkan dinasti Perkins
kemudian mendirikan Bank of Boston yang sekarang dikenal sebagai Credit
Suisse First Boston. Bahkan keluarga besar Perkins dan JP Morgan
kemudian mendirikan Universitas Harvard. William Hathaway Forbes
kemudian menjadi Direktur Hongkong Shanghai Bank tak lama setelah
didirikan pada 1866.
Keterkaitan
keluarga besar Forbes dalam perdagangan candu itu terlihat melalui
fakta bahwa John Murray Forbes telah memainkan peran penting sebagai
banker yang membiayai fase fase awal Amerika dalam perdangan global
narkoba. Dan adalah dinasti Forbes ini pula yang kemudian memprakarsai
penerbitan Majalah Forbes.
John
Jakob Astor, menginvestasikan uang hasil penjualan candunya dalam binis
properti di Manhattan. Dan pada saat yang sama aktif sebagai dalam
badan intelijen Inggris.
Adapun
pemerintahan colonial Inggris kemudian mengorganisasikan apa yang
disebut sebagai Shanghai Green Gangs dengan menjalin kerjasama dengan
Pemerintahan Chang Kai Shek dan kelompok politik sayap kanannya yang
bernama Kuomintang(KMT).
JH
Keswick inilah yang merupakan sosok penting dalam pengelolaan pemukiman
internasional bagi warga Inggris di Shanghai. Dan saudaranya, Sir
William Johnston Keswick menjabat sebagai Direktur the British-run
Shanghai International Settlement dari 1930 hingga 1948, ketika Chang
Kai Shek dipaksa dipukul mundur ke pulau Formosa (Taiwan) oleh kekuatan
komunis Cina daratan yang dimotori oleh Mao Ze Dong dan Chou en Lai.
Lalu
bagaimana ceritanya hingga HSBC bisa terkait urusan dengan para pelaku
perdagangan bisnis haram tersebut? Nah sekarang sampailah pada sisi
menarik dari kisah ini.
Singkat
cerita, William Jardine, keluarga besar Keswick dan William Satherland
Matheson, kemudian berkongsi membentuk Jardine Matheson. Kongsi tiga
keluarga besar inilah yang kemudian mendirikan the Hongkong Shanghai
Bank Corporation setelah berakhirnya Perang Candu Kedua sebagai gudang
penyimpanan uang hasil bisnis candu tersebut. HSBC yang merupakan cabang
dari London-based HSBC Holdings, saat ini menguasai dan mengatur 75
persen keuangan Hongkong. Sedangkan prosentase sisanya dikendalikan oleh
Sir Cecil Rhodes, pendiri Standard Chattered Bank .
Informasi
lain yang tak kalah menarik, setelah Deak and Company bangkrut pada
1985, muncul aktor baru dalam perdangan baru, Sharp Pixley Ward, yang
kemudian berhasil menguasai monopoli pasar perdangan emas Hongkong. Dua
kekuatan modal yang berada di balik Sharp Pixley adalah Kleinwort Benson
dari British Merchant Bank yang menguasai 49 persen saham, dan HSBC
yang menguasai 51 persen saham.
Kleinwort
Benson ini pada Perang Dunia II ternyata merupakan salah satu
penyandang dana Pemimpin Fasime Jerman Adolf Hitler, dan dekat Rio Tinto
yang masih termasuk keluarga besar Oppenheimer. Rio Tinto merupakan
pengusaha penghasil tambang dan alumunium.
Kongsi dari keluarga besar Matheson dan Keswick, kemudian mengusai bisnis perkapalan dan industri strategis, yang kemudian mengusai Hongkong Jockey Club, yang dijadikan tempat pencucian uang hasil penjualan narkoba.
Praktis
kekuatan kekuatan korporasi inilah yang menguasai dan mengendalikan
arah kebijakan politik luar negeri Inggris yang imperialistik tersebut.
JH Keswick, JK Swire dan Sir Mark Turner, ketiganya bergabung di
Kementerian Kesejahteraan Ekonomi Inggris pada Perang Dunia II. Dan
sekaligus anggota Royal Institute of International Affairs. Lembaga
kajian luar negeri Inggris ini dipimpin pertama kali oleh Lord Alfred
Milner yang merupakan CEO pertama Rio Tinto.
Dan ketiga keluarga besar inilah yang menguasai dewan direksi HSBC ketika itu.
Bukan
itu saja. The British Bank of Middle East yang mendominasi perdagangan
emas di Dubai, 100 persen sahamnya dikuasai oleh HSBC. Pada 1999, HSBC
membeli Republic Bank milik warga Lebanon bernama Edmund Safra.
Lagi-lagi Safra merupakan salah satu pemain utama dalam perdagangan di
sektor emas. HSBC juga telah membeli Marine Midland Bank, bank yang
berada dalam kendali CIA bertahun-tahun, dan merupakan anak emas dari
Pemerintah Panama, serta pemilik dari Samuel Montagu gold trading firm
yang berpusat di London, Inggris.
Kongsi
beberapa keluarga besar pengendali HSBC tersebut, mempunyai kepentingan
yang timbale-balik dengan beberapa mega bank internasional, beberapa
pelaku bisnis emas dan berlian berskala global, Royal Dutch /Shel and BP
Amoco.
HSBC memang telah merambah ke berbagai manca negara. Pada 1994, HSBC Hongkong Bank Malaysia, pada 1997 mendirikan Banco HSBC Bamarindus SA. Pada 1999 membeli Commercial Bank di Malta.
HSBC memang telah merambah ke berbagai manca negara. Pada 1994, HSBC Hongkong Bank Malaysia, pada 1997 mendirikan Banco HSBC Bamarindus SA. Pada 1999 membeli Commercial Bank di Malta.
Pada
2000, In 2000 berhasil mengusai France’s CCF, Bank Turki Demirbank TES
dan the Egyptian British Bank. Pada 2002 membeli bank Mexico Grupo
Financiero Bital S.A. de C.V. dan Bank Turki Benkar Turketici Finansmani
ve Kart Hizmetleri A.S. Kemudian mengambil-alih Bank of Bermuda dan
berhasil mengusai sahib di China’s Ping An Insurance, Bank India UTI
Bank dan China’s Bank of Communications.
Sumber : http://wisbenbae.blogspot.com/2012/02/kejahatan-hsbc.html