Posted by : Asep Muharam
Jumat, 18 Mei 2012
Kawasan puncak Gunung Salak satu
yang biasa didaki melalui jalur Cimelati selama ini dikenal sebagai
jalur penziarahan Puncak Manik. Jalur yang biasanya hanya dilalui warga
dan sesekali penziarah mendadak ramai saat digunakan sebagi jalur
evakuasi pesawat Sukhoi Superjet 100.
Mamat, 42, warga Cikurutug menjelaskan, jalur ini hanya digunakan warga untuk mencari rumput dan peziarah yang datang. “Peziarah biasanya minta warga mengantarkan mereka ke makam Eyang Surya Kencana dan Eyang Salak yang makamnya ada di puncak. Saya juga suka mengantar para peziarah ini ke lokasi,” ungkapnya.
Ia menjelaskan paling banyak sebulan dua kali penziarah datang ke puncak. Minimal, Mamat mengaku mengantar dua orang ke puncak. “Baru hari senin lalu saya mengantar peziarah. Hari Rabu sore dapat kabar ada pesawat jatuh di sana. Semua warga kaget. Sebenarnya Rabu pagi saya mau naik ke atas untuk membersihkan makam, namun istri saya melarang dan saya tidak jadi berangkat. Kalau waktu itu nekat, saya bisa jadi korban,” ujarnya bersyukur.
Warga yang diminta mengantar para peziarah biasanya dibayar antara Rp25.000-Rp50.000 per orang untuk hitungan semalam atau sekali jalan. Sejak musibah jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di kawasan ini, warga pengantar peziarah dilibatkan dalam proses pengiriman logistik bagi tim evakuasi di puncak salak yang letaknya berdekatan dengan makam yang dikeramatkan.
“Jadi pengirim logistik lumayan lebih baik. Kami dibayar Rp150.000 per hari. Tapi kita harus mengangkut berbagai kebutuhan tim di puncak, dari air mineral, makanan hingga obat obatan. Semua dipikul dari mulai pakai tas hingga yang hanya dibungkus karung. Lumayan berat lebih dari 30 kilo barang sekali naik,” paparnya.
Namun Mamat dan belasan warga lainnya tidak mempermasalahkan beban itu. Buat mereka bayaran itu seimbang dengan apa yang harus mereka kerjakan. Bagi mereka yang sehari-harinya buruh tani dan peternak, pekerjaan ini adalah kesempatan yang tidak akan datang dua kali karena penghasilan mereka perminggu seringkali tidak sebesar itu.
Paham Medan
Warga dilibatkan karena memahami medan, memiliki tenaga dan kecepatan. “Mereka dengan beban berat lebih dari 30 KG di pundak bisa sampai ke puncak dalam waktu kurang dari 4 jam. Tim evakuasi lain yang naik dari kawasan ini rata rata membutuhkan waktu minimal 5 jam. Kecepatan dan kemampuan warga memang luar biasa, sehingga sangat membantu distribusi logistik ke puncak,” ungkap Firmansyah salah satu koordinator tim evakuasi yang selalu melibatkan warga.
Warga sekitar mampu bergerak cepat dengan beban berat dengan peralatan sederhana. Mamat dan warga lainya berjalan ke puncak hanya menggunakan kaos oblong, celana katun biasa dan sepatu kets. Bahkan beberapa rekannya hanya menggunakan celana pendek dan sandal jepit. “Begini juga cukup. Kita naik aman kok. Kita sudah biasa kalo naik juga kaya gini, tidak pakai jaket atau sepatu gunung dan pakaian gunung,” ujar Mamat.
Sumber : http://nasional.vivanews.com/news/read/314688-antar-logistik--warga-gunung-salak-dikerahkan