Posted by : Asep Muharam
Jumat, 13 April 2012
"Apalagi kekerasan ini terjadi di tempat umum, yang harusnya terlihat oleh polisi, atau setidaknya kehadiran polisi bisa cepat dan sigap di tempat kejadian," kata Didi dalam keterangan kepada VIVAnews.com, Sabtu 14 April 2012.
Seharusnya, kata dia, polisi bisa menghentikan aksi brutal geng motor dengan penegakan hukum yang tegas. "Namun karena polisi kerap terlambat hadir untuk melakukan pengamanan, akhirnya aksi geng motor yang sudah beberapa hari belakangan terjadi justru semakin meresahkan warga Ibukota," kata anggota DPR yang juga Ketua DPP Partai Demokrat bidang Pemberantasan Korupsi dan Mafia Hukum ini.
Didi meyakini aksi berantai ini dilatarbelakangi motif balas dendam. Polisi tidak boleh lagi memberikan toleransi kepada geng motor yang telah terbukti melakukan kekerasan. Bila perlu intensitas operasi dan razia senjata tajam dan senjata api perlu ditingkatkan.
Aksi bermula saat anggota TNI AL Arifin berpangkat Klasi tewas dikeroyok sejumlah anggota geng motor pada 31 Maret 2012. Setelah peristiwa itu, terjadi lagi aksi lanjutan pada 7 April 2012 dan menewaskan satu orang bernama Soleh di SPBU Shell, Danau Sunter, Tanjung Priok.
Aksi brutal kembali terjadi pada 8 April 2012, di Jalan Raya Benjamin Sueb, Kemayoran, Jakarta Pusat. Dalam kejadian ini, lima orang mengalami luka tusuk dan satu motor dibakar.
Penyerangan dan perusakan terakhir terjadi pada Jumat dini hari, 13 April 2012. Penyerangan di sepanjang Jalan Pramuka dan di minimarket 7-Eleven, Jalan Salemba Raya, Paseban, Jakarta Pusat, ini menewaskan Anggi Darwaman.
Sumber : http://metro.vivanews.com