Posted by : Asep Muharam Jumat, 23 Agustus 2013

 

           Menonton program petualangan “Ekspedisi Cincin Api” yang ditayangkan di Kompas-TV, menggelitik fikiran saya tentang kondisi geografis negeri ini yang memiliki gunung api terbanyak di dunia karena dilintasi barisan gunung-gunung berapi dunia yang dikenal sebagai “ring of fire” (cincin api). Hal ini yang menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur, yang diakibatkan oleh muntahan material vulkanik yang kerap dikeluarkan saat gunung berapi meletus. Bahkan karena kondisi alam yang sedemikian, beberapa waktu lalu dunia sempat dihebohkan oleh sebuah buku yang menyatakan bahwa Indonesia adalah benua Atlantis yang hilang.
Kekayaan alam Indonesia yang menawan –salah satunya Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan banyak gunung berapi– mungkin saja mengilhami Georges Prosper Remi (1907-1983) alias Hergé si pengarang komik serial Petualangan Tintin untuk membuat salah satu komiknya ber-setting di Indonesia. Pada komik Petualangan Tintin berjudul “Penerbangan 714 ke Sydney” yang dibuat pada tahun 1966, Tintin, Milo (Snowy), Kapten Haddock dan Profesor Lakmus (Prof. Calculus), memulai petualangannya di Indonesia (aslinya disebutkan Sondonesia) ketika secara tidak sengaja pesawat yang mereka tumpangi dibajak dan dipaksa mendarat di sebuah pulau terpencil.
Alkisah dalam komik tersebut diceritakan sebelum melanjutkan perjalanan ke Sydney, pesawat Boeing 707 dengan nomor penerbangan 714 dari London yang ditumpangi Tintin dkk., transit terlebih dahulu di Jakarta International Airport yang ketika itu masih berlokasi di Kemayoran (Kemajoran International Airport – Djakarta). Tapi dalam komik Tintin saat masih diterbitkan oleh Indira (berjudul “Penerbangan 714” saja, tanpa “ke Sydney”) disebutkan Tintin mendarat di Cengkareng. Mungkin saat komik aslinya dibuat pada tahun 1966 bandara Cengkareng belum ada dan masih menggunakan bandara Kemayoran yang sekarang dijadikan lokasi Pekan Raya Jakarta (PRJ).
 








Di Jakarta, Tintin dkk. bertemu teman lamanya Kapten Szut yang telah menjadi pilot pribadi miliuner Laszlo Carreidas. Sang miliyuner mengajak serta Tintin dkk. untuk menumpangi pesawat jet pribadinya, Carriedas-160 tujuan Sydney. Di perjalanan, pesawat tersebut sempat melakukan kontak udara dengan menara kontrol yang ada di Mataram dan Makassar sesaat sebelum dibajak. Bahkan ketika terbang rendah di perairan Indonesia karena menghindari pantauan radar, pesawat jet yang dibajak itu sempat merangsek layar perahu Phinisi milik salah satu nelayan Indonesia. Disitu terlihat sang nelayan mengucapkan sumpah serapah dengan bahasa Indonesia yang kaku, "kurang adjar! Apa tidak bissa djaga sampoenja lajar! apa gila!", mungkin maksudnya begini “kurang ajar! Apa tidak bisa lihat layar kapal? Sudah gila apa?”.
Pesawat yang ditumpangi Tintin dkk. mendarat darurat di sebuah pulau kecil bernama Pulau Bompa yang kurang lebih berada di Indonesia Timur, diceritakan pulau tersebut terletak di Laut Sulawesi dan di pulau itu terdapat gunung berapi aktif sebagai rangkaian dari sabuk gunung api dunia (ring of fire). Di pulau itu terdapat beberapa milisi lokal yang dipekerjakan musuh bebuyutan Tintin, Rastapopoulos dalam melakukan pembajakan pesawat Carriedas. Sang milisi nampak menggunakan pakaian tradisional Indonesia, seperti kopiah dan ikat kepala khas daerah Sulawesi. Selain itu, di pulau tersebut digambarkan fauna khas Indonesia seperti Komodo, burung Rangkong dan monyet Bekantan yang berhidung besar.
Ending dari komik tersebut menceritakan kegagalan para pembajak yang menyandera sang Milyuner untuk mendapatkan uang, karena gunung berapi di pulau itu meletus dan mereka harus menyelamatkan diri masing-masing. Disitu juga digambarkan Tintin dan teman-teman melarikan diri hingga menemukan situs purbakala di dalam goa dengan relief-relief mirip dengan yang ada situs-situs purbakala di Indonesia Timur. Sebagai bumbu cerita Hergé menambahkan UFO yang membantu menyelamatkan Tintin dkk. untuk bisa keluar dari pulau dengan selamat. Mungkin saat komik ini dibuat, isu-isu seputar UFO dan dunia ruang angkasa mulai sering diperbincangkan, mengingat tema UFO belum pernah muncul pada serial Tintin sebelumnya yang rata-rata ber-setting antara tahun 1930-an hingga awal 1960-an.
Saat ini, kisah petualangan Tintin di Nusantara dijadikan salah satu ikon persahabatan Belgia dan Indonesia, sebab komik karangan Hergé –yang merupakan orang Belgia– begitu melegenda di Indonesia. Menurut Antaranews (12/03/2011), konsul kehormatan RI di Belgia, Eric Domb, menyerahkan reproduksi beberapa cuplikan gambar komik Tintin "Flight 714 to Sydney" kepada Dubes RI di Brusel yang diwakili oleh Sekretaris Tiga Pensosbud KBRI Brusel, Royhan N. Wahab sebagai symbol kedekatan Indonesia-Belgia melalui media komik. Dalam hal ini Eric Domb bertindak sebagai wakil resmi Fanny Rodwell, janda mendiang Hergé, pemilik dan memegang hak cipta atas seluruh komik Tintin karya Hergé. Eric Domb juga mengatakan bahwa keluarga Hergé tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya, sumbangan ini adalah yang pertama kali dilakukan keluarga Hergé.

Sumber  :  http://willylandscape.blogspot.com/2011/09/tintin-di-indonesia.html

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

Delete this widget from your Dashboard and add your own words. This is just an example!

Páginas vistas en total

Archive

free counters
Blinkie Text Generator at TextSpace.net
Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Followers

Followers

About Me

Foto Saya
Asep Muharam
Lihat profil lengkapku

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Blinkie Text Generator at TextSpace.net
free counters
Blinkie Text Generator at TextSpace.net
Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Batavia 1943 -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -