Posted by : Asep Muharam
Sabtu, 22 Juni 2013
Pertama kali mendengar kisah tentang apep saya langsung jatuh cinta pada
karakter anak tangguh yang satu ini, dan ternyata malam itu sosok apep
yang di kisahkan ada di depan mata, ukuran badan nya sama atau bahkan
lebih kecil dari anak kelas 2 SD d sampingnya. Tapi tak diragukan di
balik badan kecilnya itu tersimpan jiwa besar yang langka di miliki
anak-anak seusianya.
Bocah 13 tahun ini memutuskan untuk berhenti sekolah sejak kelulusan SD
nya setahun yang lalu, ia lalu membantu ibu mencari nafkah dengan
menjadi buruh tani di ladang-ladang milik juragan di kampung itu,
penghasilan nya hanya 10.000 saja padahal apep harus ke gunung untuk
melakukan pekerjaan nya itu dari pagi hingga siang.
sang ayah telah meninggalkan apep dan ibunya begitu saja 3 hari sebelum
apep di lahirkan, ia tidak memberikan kabar apapun lagi hingga saat ini.
ibu apep lalu menikah dengan pria lain dan di karuniai 2 anak yaitu
dian dan nyai. ayah kedua apep inipun baru saja meninggal beberapa bulan
lalu karena sakit, Kini apep bersama ibu berjuang keras bagi
kelangsungan hidup mereka, dian dan nyai.
Jam 6 pagi itu saya ke rumah apep, rencananya mau ikut ke tempat kerja
apep di gunung sana. Apep sempat beberapa kali mengingatkan saya bahwa
perjalanan cukup jauh dan jalan juga licin karena sedang musim hujan,
tapi saya keukeuh dan akhirnya berangkatlah saya dengan sandal keren
berjalan di belakang apep yang melangkah gagah dengan sepatu boot nya.
Perjalanan di hentikan sejenak, karena 2 sendal yang saya kenakan putus
seketika. jadilah saya serodotan di jalanan licin tanpa sendal dengan
perjalanan yang cukup jauh.
“ itu suara si nyai ka, nyaiiiii !”, teriak apep dengan wajah sumringah, terlihat sekali apep sangat senang ketika hendak menjumpai si nyai adik kecilnya.
“apep sayang ke nyai ya?” tanyaku, dan apep hanya tersenyum sambil mengangguk.
Apep bekerja di ladang di pegunungan itu, ia melakukan berbagai
pekerjaan buruh seperti yang di minta majikan nya, mulai dari menanam
bibit, memanen, memberi pupuk, mengangkut hasil panen, membersihkan
rumput hingga menggendong tabung penyemprot hama yang beratnya lebih
dari 2x berat badan nya. Apep menjalani pekerjaan itu dengan senang hati
dari pagi hingga tengah hari atau bahkan hingga maghrib. seperti anak
kebanyakan jika hanya bekerja setengah hari apep mengisi waktu
maghribnya dengan mengaji bersama rekan lain nya di masjid.
Setelah menyelesaikan pekerjaan nya, siang itu apep langsung
menghampiri ladang tempat ibunya bekerja. dengan sigap apep pun membawa
nyai di pundaknya, berjalan menyusuri jalanan licin menuju ke kampung
nya. Sambil berjalan di belakang apep saya menyaksikan bagaimana
gagahnya anak bertubuh kecil ini berjalan, memindahkan nyai dari pundak
ke punggung dan sebaliknya jika ia merasa pegal.
alhamdulillah, bersama anak-anak hebat dari berbagai pelosok lain nya
insya Allah apep akan berangkat ke Bandung. ia akan menjadi salah satu
penghuni Pondok Prestatif Indonesia, salah satu program pos pendidikan
Kampus Peduli.
Sumber : http://dejangkar.blogspot.com/2013/06/belajar-hidup-dari-apep-si-petani-kecil.html