Hari masih terlalu pagi, sejuknya udara terasa begitu menyegarkan. Dari
arah Cileunyi, Irman Burhanudin, 21, pacu kencang motornya menuju kampus
Universitas Padjajaran. Irman harus segera tiba di kampus Unpad sebelum
sang surya meninggi. Seperti biasa Irman memulai harinya dengan
aktifitas sebagai cleaner service di Unpad.
Tak disadari Irman, entah dari mana tiba-tiba seekor kucing melintas
menyeberang jalan. Irman terkejut bukan main, tapi jarak kucing dengan
motornya hanya berjarak beberapa langkah saja. Irman berusaha menghindar
tapi terlambat. Roda motornya melindas tubuh kucing malang itu. Kucing
tewas seketika, bahkan bangkai tubuhnya ikut menempel di roda motor
Irman. Seolah tidak ada kejadian apa-apa Irman terus lajukan kembali
motornya menembus suasana pagi yang cerah menuju Universitas Padjajaran
Jatinangor, Bandung.
Cerita tentang kucing yang tewas terlindas kendaraan bukan saja dialami
Irman. Banyak pengendara yang juga mengalaminya. Jumlah kendaraan
semakin hari semakin bertambah, dan jalan-jalan semakin dipadati
kendaraan. Pemandangan tubuh kucing yang tewas terlindas sudah menjadi
pemandangan biasa. Sunguh mengenaskan, tubuh kucing remuk, kepala pecah,
isi perut keluar, dan darah berceceran.
Cerita mengenai kucing tewas karena terlindas kendaraan banyak diadposi
dari kisah-kisah masa lalu. Para tetua, sesibuk apapun ia, biasanya
tidak akan meninggalkan tubuh kucing yang dilindas tanpa lebih dulu
dikuburkan. Bahkan umumnya pengendara yang melindas mati kucing akan
rela bersusah payah mencari kain putih yang dijadikan kain kafan untuk
kucing yang mati itu. Dan ia baru akan meninggalkan tempat setelah
kucing usai dikafan dan dikubur.
Itu pesan dan wejangan amanat para tetua. Kucing yang mati ditabrak
harus dikubur baik-baik oleh si penabrak. Jika tidak, musibah dan petaka
akan menimpa. Apakah kucing yang katanya hewan kesayangan Nabi Muhammad
itu pada akhirnya menjadikan kucing ditempatkan diposisi istimewa
dibanding hewan lainnya. Belum ada yang bisa memastikan itu, namun
kelanjutan cerita perjalanan Irman ke tempatnya bekerja barangkali bisa
menjadi renungan dari sebuah cerita.
Irman Burhanudin masih terus pacu kendaraannya setelah motornya sempat
oleng karena menggilas tubuh kucing beberapa saat tadi. Dari balik
setang kemudi Irman perhatikan sekeliling. Ia mengenali lokasi, ia
sekarang tengah melintasi ruas jalan wilayah kampus ITB Jatinangor yang
berarti tak lama lagi ia akan sampai tujuan, Universitas Padjajaran,
tempat ia bekerja.
Rute Jatinangor memang sedikit agak ekstrem, terkadang berkelok-kelok
ditambah lagi jalan menanjak disertai tikungan curamnya. Tapi Irman
sudah piawai melalui rute menantang seperti itu. Dan kini dengan laju
motornya yang cukup kencang didepannya terbentang sebuah jalan menanjak
dengan tikungannya yang tajam. Irman harus melalui tikungan tajam itu.
Tepat saat ia tengah berbelok, melintas sebuah truk dengan kecepatan
tinggi. Irman kembali terkejut, truk terus saja bergerak dengan cepat
menuju ke arahnya. Irman gugup dan tak sempat mengelak. Brakkkkk....!!!!
Suara benturan sangat keras tiba-tiba memecah keheningan pagi. Irman
dan motornya dihantam truk, tubuhnya tergilas tanpa ampun. Saat ditolong
warga, Irman didapati dalam kondisi tubuh gepeng, darah berceceran di
sekitar lokasi, sementara kepalanya remuk.
Tak berbeda dengan Irman, kondisi motor Irman pun ringsek tak karuan.
Tapi roda-roda motor masih berputar. Dari ban motor warga menemukan ada
darah, daging, dan bulu-bulu binatang yang menempel. Setelah
diperhatikan ternyata yang menempel diban motor itu adalah sisa bangkai
tubuh kucing yang sempat dilindas Irman beberapa saat sebelum ia
terlindas truk, Kamis (5/9).
Sumber : http://forum.viva.co.id/sosial-dan-budaya/1200476-tabrak-kucing-bisa-celaka-mitos-ataukah-fakta.html